Selasa, 10 September 2013



Tak perlu kau menjadi matahari untuk menyinari dunia, 
menjadi seberkas cahaya lilin di sudut hatiku yang gelap sudahlah cukup


Sabtu, 03 Agustus 2013

Ilusi

Terkurung raga yang penuh nestapa
Perlahan-lahan jiwa sepi menghampiri penuh dusta
Bentuk ucapan tak lagi sama
Segala tipu daya membutakan cahaya
Berteriak, bergejolak melawan batin yang menyesakkan dada
Terkadang angan memang tak sesuai dunia
Terlalu naif bila bicara tentang dosa

Jumat, 26 Juli 2013

Dua Dicinta

Ketika hati sudah tertaut, lautpun tak bisa memisahkan
Ketika rasa sudah menjadi asa, kobaran api juga dikalahkan
Jiwa raga insan yang sedang dicinta menggelora 
Alam semesta tak lagi berkuasa
Ah siapa perduli 
Hanya ada aku dan kamu,
Oh tidak boleh ada "dan", maksudku hanya ada kita

Sssssst jangan diam!

Pelan bukan berarti tak terdengar
Hingar bingar tidak selalu ramai
Sunyi belum tentu senyap
Namun diam adalah khianat


Selasa, 14 Mei 2013

Sang Pemalu

Bercoreng hitam legam tercampur panasnya matahari
Menengadah tangan berharap belas kasihan
Jalanpun diseok-seok menyeret bayangan diri
Peluh menjadi penghilang dahaga saat itu
Kepingan logam telah menggadaikan rasa malu
Lembaran kertas telah melelang harga diri

Sesaat

Berhenti yang bukan benar benar berhenti
Diam yang bukan hanya tinggal diam
Tenang bukan selalu tenggelam
Dan aku terhenti untuk berdiam yang mungkin akan menenangkan

Senin, 15 April 2013

Dia Ingin Terbang, Dia Ingin Menghilang

Sebuah mimpi mengalun menemani tidurku.
Tersibak angan dan harapan seperti padang ilalang yang luas dan tak berujung.
Sekejap hilang dan musnah terbakar menjadi abu.
Terbawa angin lembah dan tak menyisakan apa-apa.
Berpindah tempat, entah dimana dia akan berlabuh.
Mimpiku hancur, mimpiku musnah.
Rapuhnya diri membuat aku semakin jatuh dalam lubang kehampaan.
Sebuah memori, untaian cerita di masa lalu ikut lenyap bersamanya.
Tapi aku tak akan pernah lupa.
Disudut kecil hati ini masih terbayang akan cerita, sejarah akan masa lalu.
Dia memang harus menghilang, dia memang harus terbang.
Dan aku harus merajut ulang kisah dalam memori alam yang tanpa batasan ingatan.

Teruntuk laptopku yang entah kini berada dimana

Minggu, 07 April 2013

Suatu Pagi Dihari Minggu

Angin lembut bercampur dengan hasil kondensasi fajar tadi mencoba merangkul dan membangunkanku.
Pagi ini terlalu hangat untuk hanya dihabiskan dibalik selimut kusam.
Juga terlalu dingin untuk mengusik menelusuk kedalam alam bawah sadar tempat impian bersemayam.
Mencoba melangkahkan kaki menuju akar pohon trembesi tertanam.
Melangkah lalu sedikit berlari, menghirup oksigen segar yang baru saja matang dari dedaunan trembesi.
Segar dan sangat liar, seakan zat neuro psikotropika yang adiktif meminta untuk terus dihirup.
Aku sakau, udara pagi ini membuatku mabuk.
Tak ada yang lebih baik dari pagi ini.
Matahari temaram khas pagi hari, refleksi hijau di permukaan danau, barisan trembesi menyejukkan, rotasi pedal yang terus menerus pada poros, hentakan sol karet pada aspalpun terasa melengkapi pagi ini.
Disinilah aku hidup, dipagi yang segar.
Bersemangat tapi sangat tenang.

Sabtu, 06 April 2013

Pasangan Hidup

Aku bukan yang terbaik tapi ingin selalu menjadi yang lebih baik.
Aku ingin mendapat kebaikan.
Aku tidak sempurna tapi selalu mencoba untuk menyempurnakan.
Aku ingin memiliki  kesempurnaan.
Ini bukan egois.
Ini adalah aku, aku yang berperangai manusia.

Jumat, 05 April 2013

Tempatku Bukan Tempatku

Hingar bingar keras berdentuman.
Berkelap-kelip cepat cahaya tapi bukan kilat, bukan juga pertanda hujan.
Kulihat terkadang gelap dan sesekali temaram.
Dan tak nyaman!.
Sangat naif memang, atau...terlalu konservatif?.
Aaah sudahlah.
Tapi aku yakin, disini bukan aku, bukan tempatku

Senin, 01 April 2013

Tapak Jejak Sang Penakluk

Ribuan langkah kaki masih belum hilang tersapu hujan.
Jutaan kata masih tersandar dalam memori.
Hamparan luas karya tuhan yang tak berbatas masih sangat melekat mendalam.
Perjalanan yang penuh rasa syukur menyisakan semua.
Jiwa-jiwa penuh semangat menghentak sedang mencoba melihat-Mu lebih dekat, mencoba menggapai dengan tangan-tangan kecil dan kaki ringkih yang kami punya.
Dinginnya embun pagi terasa membakar sanubari, melepaskan bulir-bulir semangat yang membuat kami tetap melangkah maju.
Suara lolongan anjing hutan pagi itupun tak sanggup menggetarkan niat untuk menuju puncak tertinggi sang Merbabu.
Tingginya puncak membuat hati kami semakin rendah, merasa sangat kecil untuk mengucap keangkuhan pada diri.
Dan sekali lagi hanya ada rasa syukur yang bisa diucap.

-Bagus, Daymas, Erwan, Pawel, Anin, Vanya-
Pendakian Jalur Wekas, Gunung Merbabu, 30 Maret 2013.

Selasa, 08 Januari 2013

Hari ke-4: Hei! Dengarkan Aku Sedang (Ingin) Cerita


Tertegun diam pikiranku melayang jauh menyebar menyeruak sampai langit tiada batas.
Mencoba untuk menutup mata, mata yang lelah, lelah karena terlalu banyak melihat kebohongan berasaskan kepalsuan. “Munafik!! Kalian semua munafik!! Diam, dan lihat aku sedang bercerita menerawang terbang”.
Aaaaaaah sudahlah, aku kesal!, mataku sudah tak lagi sehati dengan hati.
“Aku lelah tuanku”
“Aku ingin tenggelam dalam damai kegelapan”
“Gelap yang benar-benar gelap!, bukan merah, bukan biru! Aaah apalagi abu-abu!!, aku ingin hitam!!, hitam pekat tuanku, bisakah?”
Ya aku mengerti, silahkan kau berjibaku dengan angan, mimpi dan nafsumu.
Untuk malam ini kurasa cukup untuk sedikit bercerita.
Terima kasih semesta.

Hari ke-3: Detak-Detik Derik Berbisik


Tik, tok
Semula berlari, lambat laun akhirnya tertaut berhenti.

Tik, tok
Alunan nafas bergejolak namun perlahan-lahan menjadi tenang.

Tik, tok
Dua bandul-pun menuju titik equilibrium.
Hampir diam, diam hingga tak terdengar lagi berbisik-bisik mengalun menenangkan.

Tik, tok
Harapan menyatu membentuk mimpi-mimpi yang baru, yang indah membius, melayang dan terbang.

Tik, tok
Suatu tanda matahari baru, sinar penyeruak semangat penantang akan hati, jiwa dan raga yang kadang tak bersinergi.

Tik, tok
Aaaah, sudah dini hari ternyata, isyarat untuk terlelap menuju alam baru, alam dimana fana terasa nyata.

Tik, tok
Selamat tidur wahai jelita.

Hari ke-2: Cerita Ini Tentang Hujan


Terkisahkan sekumpulan awan komulunimbus yang saling bertautan sepanjang garis squall terombang-ambing hanyut dibawa angin. mereka berjalan hampir beriring-iringan membentuk supersel.
Berkelap-kelip kilat menyambar menjulurkan lidahnya, terlihat sangat angkuh memang.
Tapi tak apalah, kan setelah itu akan turun hujan.

Tahukah kamu kenapa menyukai hujan?
Hujan yang kadang dengan intensitas yang berlebihan hanya membawa petaka bagi di bawahnya.
Hujan yang kadang basahnya tidak selembut namanya.
Hujan yang selalu membuat kesal ketika janji teringkar karenanya.
Yasudahlah, namanya juga hujan

Kalau saya sangat suka, saya sangat suka sesaat setelah hujan.
Saat aroma petrikor tercium keluar dari tanah setelah dibasahi hujan.
Tenang,
Damai rasanya,
Seperti sore ini di balik kaca jendela.
Sayangnya saya harus pulang bersepeda, tapi tak apa.
Karena saya.... suka hujan :)

Minggu, 06 Januari 2013

Hari ke-1: Sajak Pertama


Sajak pertama,
Melangkah pada satu waktu untuk memulai jejak yang baru.
Mencoba menghembuskan nafas kehidupan dengan harapan dan juga do’a.
Ini yang pertama,
Sejak hampir 2 bulan yang lalu menghilang menerawang.
Saatnya aku memulai dengan semangat yang kembali tersulut.
Dan juga hari pertama,
Untuk tiga puluh kali saat sang surya di ambang batas tengah berganti dengan rembulan.
Usaha demi membuat kelenjar-kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin yang akan distimulasi kelenjar hipotalamus keseluruh tubuh, membuat berkontraksinya luapan emosi yang merangsang kata-kata dan tulisan-tulisan keluar menjadi nyata, sebuah cerita tercipta.
Yang perdana dimulai dari sini, sebuah sajak pertama.

Teruntuk #30HariBercerita